PROPIOCEPTOR NEUROMUSCULAIR FASCILITATION
Oleh DEs Badri Amd.Ft.
Definisi Tehnik adalah suatu upaya
mempermudah yang diarahkan untuk keperluan mencapai tujuan tertentu / spesifik.
Tujuan penggunaan berbagai
tehnik dalam PNF adalah:
1. Sebagai pengantar/pembuka
gerakan
2. Meningkatkan kekuatan kontraksi
3. Menaikkan tingkat rileksasi
4. Perbaikan koordinasi
5. Menurunkan nyeri
6. Meningkatkan lingkup gerak sendi
7. Meningkatkan stabilitas sendi
8. Menghindari kelelahan
9. Belajar suatu gerakan
10. Meningkatkan daya tahan
Tehnik PNF dapat berupa:
1. Fasilitasi atau inhibisi
2. Dalam satu arah gerak atau dua arah gerak
3. Untuk: (1) agonis, (2)inhibisi
antagonis, (3) fascilitasi antagonis dan (4) agonis dan antagonis.
1. RHYTMICAL
INITIATION / TEHNIK PUMPING-UP
A
p a Adalah suatu tehnik yang
ditujukan pada agonis, menggunakan gerakan pasif, aktif dan resisted.
Bagaimana -
Terapis menggerakkan secara pasif.
- Diikuti dengan perintah kepada pasien untuk
mengikuti gerakan tersebut.
- Pasien mengikuti gerakkan tersebut
secara aktif.
- Kemudian dilakukan gerakan
melawan tahanan ringan.
- Gerakan dapat dilakukan pada
pola agonis maupun pola antagonis, tetapi tidak dilakukan dalam waktu
bersamaan.
Tujuan -
Normalisasi kecepatan gerak.
- Sebagai
permulaan gerak / mengarahkan gerak.
- Perbaikan koordinasi gerak dan
rasa gerak.
- Rileksasi.
- Belajar tentang gerak.
Indikasi -
Kesulitan memulai gerak akibat rigiditas, spastis berat atau ataxia.
- Irama gerak yang lemah/lesu.
- Menurunkan rasa gerak.
- Keterbatasan gerak.
2. REPEATED CONTRACTION
A
p a Adalah suatu tehnik kontraksi
isotonik yang ditujukan pada agonis, yang mana pada lingkup gerak
tertentu dilakukan restretch untuk
meningkatkan kontraksi.
Bagaimana -
Pasien menggerakkan dengan arah diagonal.
- Pada lingkup gerak tertentu dimana kekuatan
kontraksi pada arah diagonal tersebut melemah, terapis memberi/melakukan restretch.
- Pasien menjawab restretch
tersebut dengan cara meningkatkan kekuatan kontraksinya.
- Terapis mengikuti gerakan
tersebut dengan memberikan tahanan.
- Tidak ada rileksasi saat
dilakukan restretch.
- Saat dilakukan restretch
harus disertai aba-aba agar pasien bereaksi, misalnya …dorong lebih kuat!.
- Dalam satu gerak diagonal hanya
boleh dilakukan restretch maksimal 4 kali pengulangan.
Tujuan -
Perbaikan kekuatan otot dan daya tahan.
- Menyamaratakan kekuatan otot yang tidak
seimbang.
- Perbaikan lingkup gerak sendi
secara aktif.
- Menurunkan ketegangan atau
penguluran antagonis.
- Meningkatkan tonus otot.
Kontra Indikasi -
Kondisi orthopaedik yang masih akut.
- Neo operasi.
Skema repeated
contraction
3. STRETCH REFLEX
A
p a Adalah suatu bentuk gerakan yang ditujukan untuk merangsang reflek
monosynaptis sehingga mempunyai efek fasilitasi pada otot yang diulur secara
adequat.
Bagaimana -
Posisikan anggota gerak pada elongated state (pada satu pola
gerak saja).
- lakukan stretching secara cepat dengan
kekuatan ringan dalam tiga arah gerak.
- Setelah dilakukan stretching,
langsung berikan tahanan pada gerakan yang terjadi.
- Biarkan gerakan terjadi dengan
baik (di bawah pengaruh optimal resisted).
- Aba-aba dan pemberian stretching
upayakan dalam timing yang bagus.
- Aba-aba dapat berupa….
Gerakkan! Atau… dorong tangan saya!
Tujuan -
membuka/mengantar gerakan.
- Mempercepat gerakan.
- Belajar gerakan.
- Perbaikan kekuatan otot.
- Meningkatkan mobilitas.
- Menghindari kelelahan.
- Meningkatkan rileksasi.
4. COMBINATION OF ISOTONIC
(Tehnik Gregg Johnson dan Vicky Saliba)
A
p a Adalah suatu bentuk gerakan yang ditujukan pada agonis untuk mengendalikan/mengontrol gerakan yang sulit. Merupakan
gerakan dengan kontraksi isotonik (konsentrik, eksentrik dan maintained) dari pola gerak agonis tanpa diikuti fase
rilek yang dikombinasikan dengan ketenangan, terkoordinasi untuk mendapatkan
gerak yang fungsional.
Contoh
Dari
posisi duduk ke berdiri.
- Konsentrik: Dengan melawan tahanan pada crista
iliaca, pasien mengangkat pantatnya.
- Maintained: diam bertahan untuk
beberapa saat pada posisi pantat terangkat (setengah berdiri/antara duduk dan
berdiri).
- Eksentrik: Melalui crista
iliaca, terapis mendorong kembali agar pasien duduk. Pasien secara perlahan
menurunkan pantatnya hingga duduk (dengan melawan tahanan yang diberikan
terapis).
- Urutan gerak dapat divariasi.
- Untuk meningkatkan kekuatan
pasien, dapat diberikan restretch.
Tujuan -
Belajar pola gerak.
- Belajar gerak fungsional.
- Perbaikan kekuatan otot pada
pasien yang mempunyai fase kelemahan pada suatu gerakan.
- Belajar kontraksi eksentrik dan
isometrik.
Skema combination
of isotonic
|
5. TIMING FOR EMPHASIS (PIVOTING)
A
p a Adalah suatu bentuk gerakan di mana bagian gerakan yang lemah diberi
ekstra stimulasi melalui bagian yang kuat. Dibagi menjadi:
1) bagian yang stabil/lebih stabil (bagian yang
kuat)
2) bagian yang bergerak (bagian yang lemah)
Bagaimana -
Bagian yang kuat ditahan pada posisi tertentu.
- Kemudian bagian yang lemah
melakukan gerakkan. Titik gerak disebut sebagai pivot.
Tujuan -
Penguatan otot bagian dari suatu pola gerak.
- Mobilisasi.
6. HOLD - RELAX
A p a adalah
suatu tehnik yang menggunakan kontraksi isometris
yang optimal dari kelompok otot antagonis yang memendek, dilanjutkan
dengan rileksasi otot tersebut (prinsip reciproke
inhibition).
Bagaimana -
Gerakan pasif atau aktif pada pola gerak agonis hingga batas keterbatasan gerak
atau hingga LGS dimana nyeri mulai timbul.
- Terapis memberi tahanan
meningkat secara perlahan pada pola antagonisnya, pasien mesti melwan tahanan
tersebut tanpa disertai adanya gerakkan. (dengan aba-aba…. Pertahankan disini!).
- Diikuti rileksasi dari pola
antagonis tersebut, tunggu hingga benar-benar rileks.
- Gerakkan secara aktif atau pasif
ke arah pola agonis.
- Ulangi prosedur tersebut di
atas.
- Penguatan pola gerak agonis
dengan cara menambah LGS-nya.
- Selama fase rileksasi, manual
kontak tetap dipertahankan untuk mendeteksi bahwa pasien mampu benar-benar
rileks.
Tujuan -
Perbaikan rileksasi pola antagonis.
- Perbaikan mobilisasi.
- Penurunan nyeri.
Kapan -
Bila ada nyeri/pasien lebih kuat dibanding terapis.
7. CONTRACT - RELAX
A p a adalah
suatu tehnik yang menggunakan kontraksi isotonik
yang optimal dari kelompok otot antagonis yang memendek, dilanjutkan
dengan rileksasi otot tersebut (prinsip reciproke
inhibition).
Bagaimana -
Gerakan pasif atau aktif pada pola gerak agonis hingga batas keterbatasan gerak
atau hingga LGS dimana nyeri mulai timbul.
- Pasien diminta menggerakkan ke
arah antagonis dengan kontraksi isotonik (dengan aba-aba…. Dorong tangan saya!).
- Biarkan terjadi gerakan ke 3
arah gerak dengan LGS sedikit (dekat dengan batas gerak).
- Diikuti rileksasi dari pola
antagonis tersebut, tunggu hingga benar-benar rileks.
- Gerakkan secara aktif atau pasif
ke arah pola agonis.
- Ulangi prosedur tersebut di
atas.
- Penguatan pola gerak agonis
dengan cara menambah LGS-nya.
- Selama fase rileksasi, manual
kontak tetap dipertahankan untuk mendeteksi bahwa pasien mampu benar-benar
rileks.
Tujuan -
Perbaikan rileksasi/penguluran pola antagonis.
Kontra
indikasi-
Bila ada nyeri (maka gunakan hold-relax).
Perbedaan Hold-relax dan
Contract-relax:
J Hold-relax menggunakan kontraksi
isometrik
J Hold-relax dilakukan dekat
dengan batas gerak/nyeri, tetapi sebelum mencapai batas nyeri.
J Hold-relax sangat efisien pada
problem nyeri.
J Hold-relax sangat efisien pada
pasien dengan kekuatan yang lebih besar namun mengalami kontraktur.
8. SLOW REVERSAL
A p a adalah
suatu tehnik yang menggunakan kontraksi isotonik
bergantian antara agonis dan antagonis, tanpa diikuti dengan fase
rileks. Fenomena ini indikasi untuk fungsi normal (misalnya berjalan, memanjat
pohon, berolahraga, dll).
Bagaimana -
Gerakan dimulai pada pola gerak yang lebih kuat dan diawali dengan pemberian
initiation stretch.
- Tanpa rileksasi, ganti dengan
gerakan pada pola gerak yang lebih lemah.
- Tanpa rileksasi, ganti dengan
gerakan pada pola gerak yang lebih kuat
dengan diberi/melawan tahanan atau menambah LGS-nya.
- Tehnik ini selalu diakhiri pada
pola gerak yang lebih lemah.
- Gerakan pada pola agonis dan
antagonis tidak harus dengan LGS penuh.
- Aba-aba sangat penting,
misalnya…. Tarik tangan saya!, … Dorong
tangan saya!
- Tehnik ini dapat dilakukan
dengan gerakan cepat.
Tujuan - Perbaikan mobilisasi
- Menaikkan tingkat rileksasi.
- Memperbesar kekuatan kontraksi.
- Belajar gerakan
- Perbaikan koordinasi.
- Meningkatkan daya tahan
Perhatian -Tonus/ketegangan
otot tidak boleh sampai hilang.
-Tahanan perlahan ditingkatkan saat
pergantian, demikian pula dengan LGS-nya.
Kontra
indikasi-
Bila gerak aktif terasa nyeri.
Catatan -
Pada Tungkai: Pegangan proksimal tetap/tidak berpindah, pegangan distal
berpindah tempat.
-
Pada Lengan: Pegangan proksimal berpindah tempat diikuti oleh pegangan distal.
9. STABILIZATION
Tehnik stabilisasi sangat cocok
diberikan pada sendi yang mengalami penurunan kemampuan stabilisasinya. Tehnik
ini tidak hanya dapat diberikan pada berbagai sendi, tetapi juga dapat dilakukan
pada berbagai posisi. Tehnik ini menggunakan tekanan pada sendi atau ke arah
gerak diagonal.
Pemberian tahanan dibangun secara
perlahan hingga maksimum dan secara perlahan pula dikuranginya hingga nol. Tahanan sekuat mungkin hingga stabilitas tidak
tergoyahkan.
Tehnik ini
menggunakan quick approximation maupun maintained aproximation.
Skema Stabilisasi
10. STABILIZING REVERZAL
A p a adalah
suatu tehnik yang menggunakan kontraksi isotonik
bergantian antara agonis dan antagonis, tanpa diikuti dengan fase
rileks, dengan tujuan untuk meningkatkan stabilitas.
Bagaimana -
Aktivitas dimulai dengan pemberian aproksimasi pada pola gerak yang kuat.
- Terapis memberi tahanan pada
lintas gerak tersebut.
- Aba-aba: … pertahankan disini!
- Saat perpindahan letak pegangan,
dilakukan bergantian (satu tangan masih memegang saat tangan satunya berpindah
pegangan)
- Saat pergantian tanpa rileksasi.
- Sertiap pengulangan, tahanan
selalu ditambah.
- Tahanan ke arah rotasi sangat
penting.
- Awali pada arah yang kuat.
10. RHYTMICHAL STABILIZATION
A p a adalah
suatu tehnik stabilisasi yang ritmis, terasa nyaman, menggunakan kontraksi isometrik dari kelompok agonis
dan antagonis.
Bagaimana -
Dimulai pada tempat dimana pasien belum memiliki stabilitas yang bagus.
- Aproksimasi diberikan terus
menerus (melalui tangan Terapis atau berat badan pasien).
- Kesempatan pertama diberikan
pada pola gerak yang lebih kuat.
- Aba-aba: … pertahankan disini! ,
tidak boleh terjadi pergerakan maupun rotasi.
- Mulai pada arah gerak yang kuat,
tahanan secara perlahan dipindahkan.
- Tahanan secara perlahan
ditingkatkan.
- Saat perpindahan, tidak boleh
ada aproksimasi yang baru.
- Penahanan oleh pasien tidak
boleh dihentikan/diputus.
Tujuan -
Perbaikan stabilitas sendi.
- Perbaikan mobilitas sendi.
- Peningkatan tingkat rileks.
Kontra
indikasi-
Keadaan NWB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar