Pages

Rabu, 27 November 2013

Aceh Dimata Rakyat Aceh

     Menjadi rakyat aceh selalu membanggakan. Bagaimana tidak, Aceh adalah sebuah wilayah yang disegani dan di takuti oleh penjajah. Baik Belanda, Jepang , maupun Purtugis. Aceh terkenal dimasa itu. karena, Rakyat yg makmur, hasil alam melimpah serta pemimpin yang tegas, Transparan, Taat agama, dan tenrunya Intropeksi diri tinggi.
     Kita ambilkan contoh dimasa kerajaan aceh. yaitu, Sultan Iskandar Muda. Rakyat yang makmur, Taat pada perintah agama serta menjunjung tinggi adat budaya sendiri. Dimana, Rakyat dimasa itu tidak tau tentang krisis ekonomi, tidak mengenal penyempitan ekonomi, rakyat makmur dibawah payung kerajaan yang gagah serta pemimpin yang adil. Menjadi rakyat kecil selalu ada enaknya dan tidaknya. Tapi, dapat dipastikan klo pemimpin adil, taat agama, pasti rakyatnya hidup sesuai tuntutan normal kehidupan.
    Dulunya rakyat bangga menjadi rakyat aceh. Tapi, Sekarang MOTTO itu sedikit demi sedikit mulai pudar dari benak rakyat aceh tentunya. Kenapa demikian? Karena sikap pemimpin sekarang yang bertolak belakang dengan norma-norma kepemimpinanpada massa kerajaan aceh dahulu.
Dulunya orang-orang ingin tinggal dan menetap di aceh. Karena, mereka menganggap di aceh punya potensi sumber kehidupan yang layak. Tapi, fakta sekarang justru sebaliknya. Putra-putra aceh banyak yang keluar dari aceh seperti ke Malaysia, Singapura, Thailand dan lain-lain untuk mencukupi kebutuhan pribadi maupun keluarga. Karena mereka berfikir yang bahwa di aceh tidak adalagi kehidupan. kehidupan di aceh hanya bagi orang-orang tertentu dan bukan untuk rakyat pada umumnya.
     Aceh belum sembuh dengan luka yang amat dalam yang melanda aceh hampir 30 tahun lamanya dimasa konflik. ditambah Tragedi alam luar biasa di tahun 2004. Dimana, Stunami telah merengut nyawa keluarga, saudara, dan sahabat. Dan sekarang kita bisa lihat, buka mata kita kita untuk hal yang telah di rekayasa untuk kepentingan masing-masing.
    Sekarang angka kemiskinan dan pengangguran meningkat.Peluang kerja sedang susah-susahnya kita dapatkan. di tambah lagi ekonomi Global yang merosot. tampak jelas jikalau rakyat tidak punya pilihan lain selain merantau dan mengadu nasib ke negeri orang.
    Seharusnya disini peran pemimpin dibutuhkan untuk berfikitdan mengolah itu semua, Supaya jalan keluar ada. Tapi, lagi-lagi hal demikian tidak bisa diharapkan lantaran pemimpin disibukkan sama urusan pribadi dan kelompoknya.
     Rakyat aceh ibarat kontestan yang di undang secara resmi lalu di diskualifikasikan. Sulit memang untuk menerima semua itu karena tanpa unsur kesalahan sudah di diskualifikasi.Marwah aceh lama kelamaan hilang, begitu juga kepercayaan rakyat aceh kepada rakyat aceh suatu hari akan sirna, Jika konsep pemikiran dan peraturan pemimpin yang masih labil dan egois.
Sekarang rakyat aceh malu mengakui seorang putra aceh. Karena, aceh yang dikenal bukanlah aceh yang dulu. Aceh dulu pro rakyatdan sekarang sebalinya bahkan ada yang memusuhi rakyat. Potensi alam belum tentu menjamin kehidupan kesejahtera rakyat.
    Tindakan kriminal, perzinaan, pembunuhan, pencurian dari skla kecil hingga besar (koruptor) terjadi dimana-mana.Bahkan, sudah menjadi seperti budaya baru bagi kalangan tertentu. Mereka tidak malu lagi pada aib, Mereka tidak malu lagi berbuat kesalahan, Mungkin bagi mereka membuat kesalahan sama saja seperti baru menerima penghargaan NOBEL dunia. Dengan beragam gaya dan tawa bersamanya.
    Aceh sekarang bukanlah aceh yang dulu yang bisa kita bersama banggakan. Idelogi aceh sekarang bukanlah untuk semua rakyat aceh secara umum. Tapi, lebih mengarah kepada kalangan/kelompok yang berwenang. Bicara tentang fakta, atau fakta berbicara itu sama saja. Krena, prinsip yang telah lama di usung pemimpin aceh dahulu tidak lagi jadi prioritas pemimpin sekarang.
    
Mari semua kita berkaca, berkaca bukan kita melihat kegantengan/kencantikan atau kelebihan kita. Tapi sebaliknya, tujuan kita berkaca supaya kita tau kekurangan kita dimana agar kita bisa memperbaiki untuk menjadi insan yang sempurna.


Badri Ahmad

Tidak ada komentar:

Posting Komentar