Postingan
Surabaya - Direktur Utama PT Neumedik Indonesia, Sudibyo, mengatakan perusahaan telah merencanakan harga obat Demam Berdarah Dengue MAC (Melaleuca Alternifolia Concentrate) yang diproduksinya. Harga obat MAC akan dibanderol maksimal Rp 500 ribu per botol.
Pohon ini punya banyak nama. Ada yang menyebutnya pohon teh (tea tree).
Ada pula nama yang lebih puitis: snow in summer, salju di musim panas.
Bunganya yang putihlah yang membuat pohon itu seperti tertimpa salju.
Tapi, karena pohon ini ada di bagian Australia yang tak bersalju dan
berbunga di musim panas, nama puitis itulah yang dipilih penduduk lokal
untuk Melaleuca alternifolia Concentrate.
“Obat ini memiliki sisi preventif ketimbang pengobatan konvensional DBD,” katanya kepada Tempo, Rabu pekan lalu, 13 November 2013. Dengan mengkonsumsi obat MAC, pasien tidak harus dirawat inap di rumah sakit. Selama ini, pasien DBD harus dirawat inap hingga tujuh hari.
Menariknya, "Pasien yang pernah mengkonsumsi obat MAC dijamin tidak terkena DBD lagi meskipun lingkungannya terkena wabah demam berdarah," kata Sudibyo.
MAC adalah nama paten bahan aktif antiviral dengue yang diperoleh dari pengolahan lanjutan ekstrak tanaman Melaleuca alternifolia yang hidup di Australia. Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga berhasil menemukan obat antiviral dengue pertama kali di dunia.
Sebelum ditemukan obat MAC, pasien DBD biasa diberikan cairan infus dan obat penurun panas golongan paracetamol untuk menaikkan trombosit. Kini, PT Neumedik Indonesia yang akan memproduksi massal obat MAC sedang mengajukan persetujuan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan. Bila lolos, “MAC akan diproduksi sebanyak 3 miliar tablet untuk memenuhi kebutuhan domestik dan internasional."
Direktur LPT Unair, Nasronudin, mengatakan temuan obat anti demam berdarah terbaru ini lebih efektif membunuh virus sekaligus meningkatkan sistem daya tahan tubuh penderita. Pemberian obat MAC tidak mengganggu fungsi hati dan ginjal. Uji klinis fase III melibatkan 530 pasien sampel DBD. Sebanyak 200 pasien adalah anak-anak. "Obat MAC dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh penderita infeksi dengue."
“Obat ini memiliki sisi preventif ketimbang pengobatan konvensional DBD,” katanya kepada Tempo, Rabu pekan lalu, 13 November 2013. Dengan mengkonsumsi obat MAC, pasien tidak harus dirawat inap di rumah sakit. Selama ini, pasien DBD harus dirawat inap hingga tujuh hari.
Menariknya, "Pasien yang pernah mengkonsumsi obat MAC dijamin tidak terkena DBD lagi meskipun lingkungannya terkena wabah demam berdarah," kata Sudibyo.
MAC adalah nama paten bahan aktif antiviral dengue yang diperoleh dari pengolahan lanjutan ekstrak tanaman Melaleuca alternifolia yang hidup di Australia. Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga berhasil menemukan obat antiviral dengue pertama kali di dunia.
Sebelum ditemukan obat MAC, pasien DBD biasa diberikan cairan infus dan obat penurun panas golongan paracetamol untuk menaikkan trombosit. Kini, PT Neumedik Indonesia yang akan memproduksi massal obat MAC sedang mengajukan persetujuan ke Badan Pengawas Obat dan Makanan. Bila lolos, “MAC akan diproduksi sebanyak 3 miliar tablet untuk memenuhi kebutuhan domestik dan internasional."
Direktur LPT Unair, Nasronudin, mengatakan temuan obat anti demam berdarah terbaru ini lebih efektif membunuh virus sekaligus meningkatkan sistem daya tahan tubuh penderita. Pemberian obat MAC tidak mengganggu fungsi hati dan ginjal. Uji klinis fase III melibatkan 530 pasien sampel DBD. Sebanyak 200 pasien adalah anak-anak. "Obat MAC dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh penderita infeksi dengue."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar